Kamis, 07 Maret 2019

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL


ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL
( Studi Kasus : Jalan Tegar Beriman – Jalan Raya Bogor )

A.    Latar Belakang Masalah
Permasalahan dalam bidang transportasi darat adalah hal yang sulit dipecahkan, permasalahan yang sering terjadi adalah kemacetan lalu lintas. Masalah ini timbul akibat pertumbuhan sarana transportasi yang jauh lebih cepat melebihi pertumbuhan prasarana jalan. Gangguan terhadap arus lalu lintas akan menyebabkan kemacetan berkepanjangan terutama jika tidak ada pengaturan-pengaturan yang efektif seperti lampu lalu lintas, misalnya pada simpang yang mempunyai arus lalu lintas padat sehingga terjadi permasalahan pada transportasi yang mengakibatkan terjadinya kemacetan. Salah satunya di Kabupaten Bogor, yang rawan dengan kemacetan. Apabila kondisi ini tidak ditunjang dengan peningkatan kinerja transportasi, maka akan menimbulkan permasalahan kepadatan lalu lintas. Hal ini terjadi dikarenakan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan kemacetan dan antrian kendaraan yang terjadi pada simpang jalan di
Kabupaten Bogor, dan dapat menggangu aktifitas penduduk setempat. Salah satu contoh seperti yang terjadi pada persimpangan Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor. Meningkatnya kemacetan pada Jalan Raya Bogor sampai persimpangan Jalan Tegar Beriman yang disebabkan oleh kurangnya waktu siklus pada simpang bersinyal dan banyaknya angkutan umum yang berhenti pada tepi jalan sehingga dapat mengganggu aktivitas penduduk. Hal ini terjadi terutama pada jam-jam puncak pagi dan sore hari. Sehingga Kabupaten Bogor memiliki permasalahan lalu lintas dan tingkat pertumbuhan lalu lintas yang cepat dan dapat menyebabkan konflik kendaraan yang melewati persimpangan Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor yang merupakan jalan empat lajur dua arah. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap simpang bersinyal pada persimpangan Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor, dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, yang bertujuan untuk mengetahui kinerja simpang bersinyal pada persimpangan Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor selama umur rencana.
B.     Tujuan
Dengan melihat permasalahan di atas adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1.      Menganalisa kinerja waktu siklus pada simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor.
2.      Menganalisa optimalisasi kinerja lalu lintas agar dapat memenuhi syarat pada persimpangan antara Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor, yang meliputi sebagai berikut:
a.       Traffic light
b.      Geometrik jalan
c.       Rambu-rambu lalu lintas
3.      Menganalisa Hasil Survei aplikasi Waze dibandingkan dengan Hasil Survei Langsung di lapangan.

C.    Landasan Teori
Teori antrian (queueing) sangat perlu dipelajari dalam usaha mengenal perilaku pergerakan arus lalu lintas baik manusia maupun kendaraan. antrian kendaraan yang terlalu panjang akan dapat menyebabkan tambahan permasalahan baru berupa terganggunya sistem pergerakan arus lalu lintas lainnya akibat terhambat oleh antrian yang terlalu panjang tersebut Untuk dapat menjelaskan proses antrian dengan baik, diperlukan penjelasan mengenai 3 (tiga) komponen utama dalam teori antrian yang harus benar–benar diketahui dan dipahami, yaitu: 
a)      Tingkat kedatangan (λ)
Tingkat kedatangan yang dinyatakan dengan notasi λ adalah jumlah kendaraan atau manusia yang bergerak menuju satu atau beberapa tempat pelayanan dalam satu satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan dalam satuan kendaraan/jam atau orang/menit.
b)     Tingkat pelayanan (μ)
Tingkat pelayanan yang dinyatakan dalam notasi μ adalah jumlah kendaraan atau manusia yang dapat dilayani oleh satu tempat pelayanan dalam satu satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan dalam satu kendaraan/jam atau orang/menit.


c)      Disiplin Antrian
Disiplin antrian mempunyai pengertian tentang bagaimana tata cara kendaraan atau manusia mengantri. Disiplin antrian FIFO sangat sering digunakan di bidang transportasi di mana orang dan/atau kendaraan yang pertama tiba pada suatu tempat pelayanan akan dilayani pertama. Sebagai contoh disiplin FIFO adalah: antrian kendaraan yang terbentuk di depan pintu gerbang tol, atau antrian manusia pada loket pembayaran listrik atau telepon, loket pelayanan bank, dan banyak contoh–contoh lainnya.

D.    Metode Penyelesaian
1.    Data dan Metode Pengumpulan Data
Data dan sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah :
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari tempat penelitian. Dalam penelitian ini data primer terdiri dari :
a)   Analisa Teori Antrian
 ▪ Tingkat kedatangan (λ) dinyatakan dalam satuan kendaraan per jam (kend/jam) Data ini diperoleh dengan menghitung jumlah kendaraan yang datang meuju setiap loket antrian yang ada dalam periode waktu tertentu dalam hal ini setiap 15 menit.
 ▪ Waktu Pelayanan (WP) dinyatakan dalam satuan menit/kendaraan (menit/kend) Data ini diperoleh dengan menghitung waktu pelayanan setiap kendaraan pada loket mulai dari kendaraaan tersebut dilayani oleh petugas loket sampai kendaraan keluar dari portal.
▪ Jumlah loket pelayanan (N). Data ini diperoleh dengan mengetahui berapa banyak loket yang beroperasi dalam hal ini terdapat 6 loket kendaraan namun 1 loker tidak beroperasi. Loket kendaraan yang beroperasi terdiri dari 2 loket kendaraan motor dan 3 loket kendaraan mobil.
b)   Analisa Gelombang Kejut (Shockwave)
 ▪ V = Volume (smp/jam) Data ini diperoleh dengan melakukan survei lalu lintas yaitu menghitung jumlah kendaraan yang lewat pada ruas jalan yang dilalui kendaraan menuju loket keluar, pada periode 15 menit. Ruas jalan yang dilalui kendaraan menuju loket keluar, dimana terdapat dua ruas yaitu ruas A dan ruas B.
▪ S = Kecepatan (km/jam) Data ini diperoleh dengan menghitung kecepatan setiap kendaraan yang lewat ruas jalan menuju loket keluar pada periode 15 menit, dimana jarak 50 meter di tentukan di masing-masing ruas.
2.  Metode Pengambilan Sampel
Metode pengumpulan data untuk penelitian ini adalah: Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan langsung di pintu keluar Megamall untuk melihat antrian serta pengumpulan data.

E.     Hasil & Analisa
Kapasitas Tundaan pada Persimpangan
Dalam menganalisa data-data di lapangan untuk menetapkan kapasitas dan tundaan pada simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.
Gambar 2. Sketsa lokasi survei simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor
Perhitungan Data Survey
Hasil yang didapat dari Simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor, diperoleh data lapangan seperti yang terlihat pada Tabel berikut :
Tabel 1. Data Lapangan
Kode
Pendekat
Arus
Lalu lintas
(Q)
Smp/jam
Lebar pendekat
(WA) m
Lebar
Masuk
(WMASUK) m
Belok Kiri
Langsung
(WLTOR) m
Lebar
Keluar
(WKELUAR) m
Utara
2200
8,5
6
-
9,5
Barat
1551
17,7
10.5
6
18,2
Selatan 
1675
9,3
6.3
3
8,5
  Hasil Analisa 2016 
Data arus lalu lintas dari survei yang dilakukan pada hari Sabtu, Minggu, Senin dan Jum’at dapat diketahui jam puncak pada Simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor, terjadi pada Senin 30 Mei 2016 Pada Pukul 06:00 – 07:00 WIB , adapun data arus lalu lintas dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Arus Lalu Lintas pada Jam Sibuk untuk Masing-masing Approach
Approach
Kode
Waktu
TOTAL
06.00 - 07.00
LTOR
ST
RT
Fase A
Utara
Jakarta
Kendaraan ringan
-
736
339
1,075
Kendaraan berat
-
78
26
104
Sepeda motor
-
2,932
2,019
4,951
Kendaraan tidak bermotor
-
16
2
18
Fase B
Barat
Cibinong
Kendaraan ringan
330
-
531
861
Kendaraan berat
10
-
21
31
Sepeda motor
2,190
-
1,057
3,247
Kendaraan tidak bermotor
4
-
11
15
Fase C
Selatan
Bogor
Kendaraan ringan
214
559
-
773
Kendaraan berat
27
59
-
86
Sepeda motor
544
3,407
-
3,951
Kendaraan tidak bermotor
3
2
-
5
  Hasil Analisa 2016

1.    Arus jenuh dasar (So)
Arus jenuh dasar merupakan awal hitungan untuk mendapatkan nilai kapasitas pada setiap lengan.
So = 600 x W efektif (smp/jam)

Tabel 3. Perhitungan Arus Jenuh Dasar
Kode Pendekat
Tipe Pendekat
Lebar
Efektif (m)
Arus Jenuh Dasar
(So) (smp/jam)
Utara
P (Terlindung)
9.5
5700
Barat
P (Terlindung)
18.2
10920
Selatan
P (Terlindung)
8.5
5100
Hasil Analisa 2016
2.    Faktor Penyesuaian
Dari tabel Manual Kapasitas Jalan Indonesia  (MKJI, 1997) didapatkan hasil:
a.    faktor koreksi terhadap ukuran kota 
(FCS)  = 1,05 
b.    hambatan samping (FSF) = 0,93 
c.    kelandaian (FG) = 1,00 
d.    parkir (FP) = 1,00 
e.    koreksi belok kanan (FRT) 
f.     koreksi belok kiri (FLT) 

           Tabel 4. Perhitungan Nilai Arus Jenuh

Utara
Barat
Selatan
So (smp/jam)
5700
10920
5100
FCS
1,05
1,05
1,05
FSF 
0,93
0,93
0,93
FG
1,00
1,00
1,00
FP
1,00
1,00
1,00
FRT
1,10
1,10
1,00
FLT
1,00
0,90
0,97
S(smp/jam)
6129
10593
4850
Hasil Analisa 2016
3.    Perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh (FR)
a.    Memasukkan arus lalulintas (Q) yang sesuai dengan masing-masing pendekat pada kolom 18 dari Formulir SIG-II
b.    Menghitung rasio arus simpang (IFR) sebagai jumlah dari nilai-nilai FR
     FR = Q / S
c.    Hitung Rasio Fase(PR) Hitung Rasio 
     PR = FRcrit / IFR
4.    Waktu siklus sebelum penyesuaian (cua) dan waktu hijau (g) Perhitungan menggunakan rumus (2.3), waktu siklus yang disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau yang telah diperoleh dan waktu hilang (LTI) dan masukan hasil pada bagian terbawah kolom 11 , diperoleh nilai : c = Σg + LTI c = 121 + 12    = 133 detik  Dengan menggunakan rumus (2.4) dan (2.5) waktu hijau di Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor dapat diperoleh seperti dalam Tabel berikut:
 
Tabel 6. PerhitunganWaktu Hijau
Pendekat          LTI              C                gi
      Utara                                             51 detik
      Barat        12 Detik    133 Detik   21 detik
            Selatan                                          49 detik
                                                     Σg        121 detik
Hasil Analisa 2016
5.    Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS) Hitungan kapasitas tiap lengan tergantung pada rasio waktu hijau dan arus jenuh yang disesuaikan. Rumus yang digunakan adalah rumus (2.5) dan (2.6). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel berikut:  DS = Q/C
Tabel 7. Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan
Kode Pendekat
Arus Lalu
Lintas
(Q)
Kapasitas (C)
Derajat
Kejenuhan
(DS)
Utara
2200
2353
0,935
Barat
1551
1658
0,935
Selatan 
1675
1791
0,935
  Hasil Analisa 2016
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kapasitas simpang menampung arus lalu lintas, dengan nilai DS = 0,935.
6.    Perilaku Lalu Lintas
a.    Jumlah antrian (NQ)
Gunakan hasil perhitungan derajat kejenuah (kolom 5 pada Furmulir SIG V) untuk menghitung jumlah antrian smp (NQ1) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya. Dari rumus (2.6), (2.7), (2.8) dan (2.9) didapatkan hasil perhitungan seperti yang terlihat pada Tabel berikut:

          Tabel 8. Perhitungan Jumlah Antrian
Kode Pendekat
Kapasitas
(C)
Smp/jam
Arus lalu lintas
(Q)
Smp/jam
Derajat
Kejenuhan
(DS)
NQ1 smp
NQ2 smp
NQ smp
Utara
2353
2200
0,935
6,21
86,87
93,08
Barat
1658
1551
0,935
6,04
61,22
67,26
Selatan
1791
1675
0,935
6,08 
66,13
72,21
Hasil Analisa 2016


b.    Panjang antrian (QL)
Panjang antrian dihitung dengan rumus
(2.10) dan Nilai NQMAX diperoleh dari Gambar 2.9 dengan anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5 % untuk langkah perencanaan, sehingga diperoleh hasil perhitungan seperti pada Tabel berikut:
QL= NQMAX  x  (m)

                      Tabel 9. Panjang Antrian
Kode Pendekat
NQMAX
(smp)
WMASUK
(m)
QL
(m)
Utara
80,00 
6
267 
Barat
80,00 
10.5
152 
Selatan
80,00 
6.3
254
    Hasil Analisa 2016

c.    Kendaraan terhenti (NS) Kendaraan dalam antrian dapat mengalami dua kondisi, yaitu satu kali dan terhenti berulang-ulang lebih dari satu kali. Rasio kendaraan terhenti (NS) dihitung dengan menggunakan rumus (2.11), sehingga diperoleh hasil hitungan seperti pada Tabel berikut:
NS = 0,9 x  x 3600

Tabel 10. Perhitungan Angka Henti dan Jumlah

Nilai angka henti total simpang seluruh lengan dihitung dengan rumus berikut: NStotal = ΣNSV / ΣQ
                 = 5669/ 5426
                 = 1,04 stop/smp

d.    Tundaan (Delay)
Tundaan yang terjadi pada setiap kendaraan dapat diakibatkan oleh tundaan lalulintas rata-rata (DT) yang dihitung menggunakan  rumus (2.30), tundaan akibat geometrik (DG) yang dihitung menggunakan rumus (2.31) dan tundaan rata-rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas ratarata yang dihitung menggunakan rumus (2.32). Hasil perhitungan tundaan dapat dilihat pada Tabel berikut:
DT = c x A +  
DGj = (1-PSV) x PT x 6 + (PSV x 4)

 Tabel 11. Perhitungan Tundaan
Kode Pendekat
Arus Lalu Lintas (Q) Smp/Jam
DT
Det/smp
DG
Det/smp
D = DT+DG
Det/smp
D + Q
Smp.det
Utara
2200
53,28
4,12
57,41
126319
Barat
1551
73,05
4,02
77,06
119504
Selatan
1675
57,04
4,15
61,19
102497

å
348320
Hasil Analisa 2016
Tundaan simpang rata-rata di Simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor diperoleh menggunakan rumus berikut :
DI =       =     348320 /5426
                                    =     64 det/smp
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kapasitas simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor, Kabupaten Bogor termasuk dalam Tingkat Pelayanan ( F ). 
F.     Kesimpulan
Dengan melihat hasil perhitungan analisis masalah yang terjadi pada   Simpang Jl. Tegar Beriman- Jl. Raya Bogor Kabupaten Bogor, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Dari keadaan pada masing-masing pendekatan menunjukkan tingkat kejenuhan arus lalu lintas mencapai 0,935 ini menunjukan bahwa simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor, mendekati lewat jenuh, yang akan     menyebabkan antrian panjang pada kondisi     lalu lintas puncak.
2.      Hasil perhitungan Tundaan simpang rata-rata di simpang simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor diperoleh 64 det/smp  yang berarti bahwa Simpang Jl. Tegar Beriman – Jl. Raya Bogor, Kabupaten Bogor termasuk dalam Tingkat Pelayanan F, menunjukan tingkat pelayanan terburuk pada kondisi lalu lintas     puncak.
3.      Perbandingan Aplikasi Waze dengan pengamatan langsung di lapangan menujukan kesamaan hasil, dimana penandaan yang di berikan aplikasi Waze sesuai dengan kondisi yang di tinjau pada saat itu.