Senin, 15 April 2019

OPTIMASI BIAYA PEKERJAAN ASPAL HOT MIX DENGAN MODEL PENUGASAN (ASSIGNMENT MODEL) PADA PROYEK JALAN DI BALI


A.    Pendahuluan
Prasarana transportasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana yang memadai salah satunya adalah jalan. Jalan yang memadai adalah selain nyaman bagi pengguna juga lapisan perkerasannya harus memenuhi syarat spesifikasi sehingga sesuai dengan umur rencana. Lapisan perkerasan yang memenuhi syarat adalah asphalt hot mix. Dewasa ini banyak jalan di Bali menggunakan perkerasan lapisan asphalt hot mix, sehingga menyebabkan permintaan terhadap asphalt hot mix semakin meningkat dan mempengaruhi pengiriman ke lokasi proyek yaitu pada proyek tahun anggaran 2004 dengan jumlah ruas yang ditangani sebanyak 55 ruas jalan tersebar di seluruh Bali dengan jumlah AMP sebanyak 10 perusahaan yang berlokasi dibali. Hal ini juga sangat berkaitan dengan alat-alat berat sebagai fasilitas pengerjaan asphalt hot mix khususnya pada kegiatan proyek yang banyak dan bersamaan. Sehingga diperlukan asphalt hot mix yang memadai untuk itu diperlukan AMP (Asphalt Mixing Plant) dan alat-alat berat yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan proyek tersebut.
Pembangunan dan pemeliharaan jalan di Bali sebagian besar adalah proyek yang didanai oleh pemerintah sehingga semua kegiatan proyek pelaksanaannya bersamaan pada tahun anggaran yang sama, dan seringkali suatu proyek mengalami keterlambatan dalam pengerjaannya sehingga tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Terjadinya keterlambatan tersebut sering disebabkan oleh pendistribusian asphalt dan penugasan alat-alat berat yang tidak sesuai karena keterbatasan alat, sehingga tidak lagi mampu melayani proyek pada waktu yang bersamaan. Akibatnya salah satu proyek harus menunggu alat berat yang masih dipergunakan pada proyek yang lain, dengan demikian diperlukan pengalokasian peralatan dan pendistribusian asphalt hot mix ke berbagai proyek pada saat pelaksanaan kegiatan bersamaan dengan metoda penugasan (assignment) sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan total biaya peralatan untuk asphalt hot mix dapat diminimumkan.

B.     Metode
1.      Menentukan Lokasi Asphalt Mixing Plant (AMP)
Lokasi dan sumber alat berat akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan dilapangan sehingga antara ruas jalan yang akan dikerjakan dengan lokasi dan sumber alat berat harus diperhitungkan dengan cermat, adapun lokasi dan sumber alat berat yang ada di Bali terdiri dari 10 sumber AMP.
2.      Biaya Sewa Alat Berat
Untuk perhitungan biaya sewa alat berat pada pembahasan ini akan dibedakan sesuai dengan sumber alat berat atau masing-masing perusahaan, dalam hal ini dibedakan menjadi dua jenis kriteria yaitu sistem sewa alat berat berdasarkan tarif rupiah per jam dan tarif rupiah per ton. Adapun jenis tarif sewa adalah:
1. Biaya sewa alat berat dengan tarif Rp/Jam
2. Biaya sewa alat berat dengan tarif Rp/Ton
3.      Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi
Alat Berat Mobilisasi dan demobilisasi adalah pengangkutan alat berat yang akan digunakan dalam pengerjaan proyek pada ruas-ruas jalan yang dikerjakan serta mengembalikan peralatan tersebut kembali ke lokasi AMP dimana alat tersebut berasal, untuk mobilisasi pengangkutan dilaksanakan sebelum proyek tersebut dikerjakan sedangkan demobilisasi pengangkutan dilaksanakan setelah proyek tersebut selesai dikerjakan.
4.      Ruas jalan yang akan di kerjakan
Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah ruas-ruas jalan yang dikerjakan pada tahun anggaran 2004 dan tersebar di seluruh Bali, adapun nama-ruas jalan yang ditangani adalah sebanyak 55 proyek.
5.      Perhitungan Biaya Sewa dan Mob/demob Alat Berat
Dalam menentukan biaya sewa dan mobilisasi/demobilisasi alat berat yang akan digunakan dalam mengerjakan suatu proyek akan dihitung dengan tarif dari masing-masing AMP selama pelaksanaan proyek baik dari mobilisasi, pelaksanaan dan demobilisasi.
6.      Perhitungan Harga Material Perhitungan Biaya Angkut Hot Mix dari Masing-masing AMP
Agar dapat mengalokasikan material ke lokasi proyek yang akan dikerjakan haruslah diketahui berapa banyak kebutuhan material yang diperlukan sampai proyek tersebut selesai dikerjakan. Dalam hal ini material yang diperlukan adalah ATB (asphalt treatment base), AC (asphalt concret) dan HRS (hot rollingseet), material diatas adalah bahan untuk perkerasan jalan/pengaspalan sesuai keperluan dari masing-masing ruas jalan atau lokasi proyek.
7.        Biaya angkut hot mix dari AMP ke lokasi proyek
Harga hot mix sampai di lokasi proyek diperhitungkan dengan ongkos angkut sesuai dengan kapasitas dan jarak lokasi proyek dari masing-masing AMP, sehingga biaya total hot mix sampai di lokasi proyek sudah dapat ditentukan.
8.      Menghitung Total Biaya Sewa Peralatan dan Biaya Material
Untuk memudahkan dalam pengolahan data pada program QSB+ maka semua biaya akan dijumlahkan yaitu antara biaya peralatan dengan harga hot mix, sehingga semua biaya akan dapat ditentukan dari masing-masing sumber AMP terhadap masing-masing ruas jalan atau proyek yang akan dikerjakan, dengan cara menjumlahkan biaya pemakaian alat berat dengan biaya hot mix seperti pada contoh perhitungan dibawah ini.
Analisa Data Dengan Program QSB+ Setelah semua biaya antara biaya pemakaian alat berat dengan harga hot mix dari masing-masing sumber AMP dapat ditentukan kemudian akan dilakukan analisa data berdasarkan biaya tersebut diatas dengan menggunakan program QSB+, sehingga penugasan dari masing-masing AMP terhadap proyek dapat ditentukan dari hasil program tersebut, nantinya akan diperoleh total biaya minimum untuk semua kegiatan atau proyek yang dilakukan pada tahun anggaran 2004.

C.    Hasil dan Pembahasan
1.        Rekap Biaya Peralatan dan Material

Hasil rekap biaya antara sewa peralatan dan biaya material adalah dengan menjumlahkan kedua biaya tersebut dan dari biaya ini akan diolah dengan menggunakan program QSB+ untuk mendapatkan penugasan (Assignment) dari masing-masing AMP terhadap proyek yang akan dikerjakan, adapun rekap biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

2.        Analisa Data Dengan Program QSB+

Model penugasan dengan program QSB+ ini dengan memasukkan semua data. Program hanya mampu menampilkan solusi akhir saja tanpa menunjukkan iterasi, dan juga jumlah angka yang dapat diproses hanya 5 digit angka. Jadi total minimum untuk 55 proyek dan 10 sumber AMP diperoleh hasil akhir analisa dengan program QSB+.

Dengan persamaan minimum z, sehingga :
Min. Z = 1453X11 + 1424X12 + .... + 0X6060
Dengan pembatas:
X11 + X12 + ..... +X16 = 1
X11 + X12 + .... + X16 = 1
.           .           .           .
X601 + X602 + .... + X6060 = 1
Dari persamaan diatas maka hasil penugasan (Assignment) dari program QSB+ adalah seperti pada Tabel 1 dengan total biaya minimum sebesar 29.455 dalam jutaan rupiah dan jumlah iterasi sebanyak 41 kali iterasi.
Karena program hanya mampu menampilkan tabel iterasi jika antara objek dengan task maksimal berjumlah 9, sedangkan pada perhitungan untuk pembahasan dibawah ini jumlah objek dan task sebanyak 60 sumber AMP dan 60 ruas jalan, sehingga hasil akhir dapat dilihat seperti pada Tabel 1.

 
D.    Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang masalah bahwa pada penelitian ini bertujuan untuk dapat mengalokasikan alat berat dan asphalt hot mix dengan menggunakan model penugasan (assignment) dari hasil program QSB+ untuk dapat melaksanakan 55 ruas jalan atau proyek yang akan ditangani pada tahun anggaran 2004 serta mendapatkan total biaya minimum dari masing-masing sumber atau perusahaan. Sehingga dari hasil analisa data dengan menggunakan program QSB+ maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Penugasan masing-masing sumber AMP adalah :
PT. Kresna Karya mendapat 6 penugasan
PT. Tunas Jaya Sanur mendapat 6 penugasan
PT. Adi Murti mendapat 6 penugasan
PT. Sinar Bali mendapat 6 penugasan
PT. Darma Buana Karya mendapat 6 penugasan
PT. AKAS mendapat 6 penugasan
PT. Makura mendapat 4 penugasan
PT. Dwi Arta Yuda Utama mendapat 6penugasan
PT. Sumber Karisma Jayamendapat 6 penugasan dan
PT. Harapan Jaya mendapat 3 penugasan
Biaya total minimum dengan model penu-gasan diperoleh sebesar:
Rp.29.456.132.296,00.
Sedangkan total biaya riil dilapangan diperoleh sebesar:
Rp. 32.347.308.872,00.
Jadi, didapat penghematanbiaya sebesar
Rp. 2.891.176.576,00.


Daftar Pustaka

Tarliah, D.T. dan Ahmad, D. Operations Research, Sinar Baru Algensindo.
Minarno, M.W.W. Analisis Manajemen Kuantitatif dengan QSB+, Edisi kedua.
Rochmanhadi. 1992. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Rostiyanti, S.F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Riena Cipta Jakarta.
Sukirman, S. 1995. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Taha, H.A. 1996. Riset Operasi Suatu Pengantar, Edis iKelima Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta.
Taylor II, B.W. 2001. Sains Manajemen Pendekatan Matematika Untuk Bisnis, PT. Salemba Emban Patria, Jakarta